Sabtu, 11 September 2021

إِبْرَاهِيْمُ فِي الْمَدْرَسَةِ


إِبْرَاهِيْمُ فِي الْمَدْرَسَةِ

إِبْرَاهِيْمُ طَالِبٌ فِي الْمَدْرَسَةِ الثانَوِ يةِ، يَذْهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَةِ صَبَاحًا مُبَكِّرًا كُل يَوْمٍ، وفي يَوْمٍ مِن الأيَامِ فِيْ أثْناءِ الدِّرَاسَةِ شَعُرَ بِأَلَمٍ شَدِيْدٍ فِي بَطْنِهِ وَنَزْلَة بَرْد فِي جَسَدِهِ

 

فَذَهَبَ إِلَى الْمُسْتَشْفَى بِسَيارَةِ الْمَدْرَسَةِ. و بَعْدَ  أن وَصَلَ إلى الْمُسْتَشْفَى طَلَبَ مِنْهُ الطبِيْبُ أَنْ يَسْتَرِيْحَ عَلَى السّرِيْرِ ليَفْحَصَهُ، ثم أَعْطَاهُ الطبِيْبُ وَصْفَةً طِبِّيةً وَنَصَحَهُ بمَا يَلِي:

 

أَولًا أَنْ يَشْرَبَ الدوَاءَ ثَلَاثَ مَراتٍ كُل يَوْمٍ، وَثَانِيًا أَنْ يَتَنَاوَل الوَجبَات الثلاث فِي وَقْتِهَا، وثَالِثًا أَنْ  يَسْتَرِيْحَ رَاحةً كَافِيًا

 

IBRAHIM DI SEKOLAH

 

Ibrahim seorang siswa di Madrasah Aliyah, dia pergi ke sekolah pagi-pagi setiap hari, dan suatu hari ditengah-tengah pembelajaran dia merasakan sakit yang parah di perutnya dan suhu dingin di tubuhnya.

Kemudian dia pergi ke rumah sakit dengan mobil sekolah. Dan setelah dia tiba di rumah sakit, dokter memintanya untuk beristirahat di tempat tidur untuk memeriksanya, lalu dokter memberinya memberinya resep obat dan menasehatinya sebagai berikut :

Pertama, minum obat tiga kali sehari, kedua, makan tiga kali tepat waktu, dan ketiga istirahat dengan cukup.

Muhasabah Pembinaan Pribadi Muslim

 


PEMBINAAN PRIBADI , KELUARGA

DAN MASYARAKAT

Perenungan Pembinaan Pribadi Musim

Manusia pada dasarnya dibekali dengan sifat-sifat Ilahiyah dan sekaligus hewaniyah. Sifat-sifat ilahiyah itu merupakan pengejawantahan dari sfat-sifat Allah swt. Yang terangkum dalam asmaul husna, berjumlah 99 sifat. Hanya saja kualitas kualitas sifat-sifat ilahiyah yang dijelmakan ke dalam diri manusia itu tentu lebih rendah, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk. Sifat-sifat inilah yang dalam psikologi dikenal dengan istilah potensi. atau dalam bahasa al-Qur’an disebut dengan fitrah. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Q.S. al-Ruum (30:31)

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

 

Terjemah Arti: Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,

            Dari ayat ini memberikan isyarat kepada manusia bahwa agama yang diturunkan Allah melalui rasul-Nya, sesuai dengan fitrah atau sifat-sifat semula kejadian manusia. Dengan sifat-sifat ilahiyah ini manusia memiliki dorongan untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliknya, jika ini dibina dengan baik, maka dapat berbuat kebajikan yang kemudian akan terwujud dalam bentuk akhlaqul karimah (akhlak yang baik).

            Karena pada diri manusia ada potensi yang bisa dikembangkan, sehingga mencapai taraf-taraf kesempurnaan. Namun di sisi lain manusia juga punya potensi yang dapat mengakibatkan perilaku takabbur, sombong, dengki, hasad, tidak memiliki belas kasihan terhadap orang lain, yang kesemuanya ini akan membawa pelakunya berakhlak madzmumah, secara tidak sadar. Hal seperti ini pula yang ditegaskan oleh Allah swt dala QS.Al-Syams (91:7-10 )       

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا -  فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا  -  قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا -  وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Dua potensi manusia yang digambarkan oleh Allah di dalam ayat-ayat di atas ialah potensi buruk (fujur) dan potensi baik (taqwa). Dua potensi manusia inilah yang mendorongnya berbuat jahat dan berbuat baik. Setiap manusia yang memiliki jiwa yang sehat pasti memiliki dua potensi itu. Dua potensi itulah yang meliputi manusia dalam segala keadaan.

Manusia yang beruntung adalah manusia yang mampu menyucikan dirinya dengan senantiasa menjaga potensi baik. Sehingga ia dapat terus melakukan perbautan baik. dan menghindarkan dirinya dari perbuatan jahat akibat dorongan dari potensi buruk.

Dua potensi manusia ini akan melahirkan dua jenis perbuatan, yaitu perbuatan yang baik dan perbuatan yang buru. Potensi baik dari jiwa akan melahirkan akhlak-akhlah mulia (terpuji) yang di dalam bahasa agama disebut akhlaq mahmudah dan potensi buruk dari jiwa akan melahirkan akhlak buruk (akhlaq madzmumah).

Oleh karena  kedua potensi yang telah diberikan oleh Allah swt. kepada setiap manusia itu nampaknya sama kuat, maka dari sinilah sehingga manusia butuh pembinaan dalam pengembangan potensinya itu untuk diri sendiri dan dikembangkan untuk keluarga dan masarakat luas.

Seberapa jauh kita telah membina diri kita dengan menguatkan sifat ilahiyah dan melemahkan sifat hewaniyah. Apakah kita telah melakukan perbuatan-perbuatan yang memperkuat sifat ilahiyah dala kehidupan sehari hari baik yang bersifat amalan-amalan vertikal maupun horisontal, Renungkanlah !

 

Jumat, 10 September 2021

PERJALANAN ILMIAH  الرِّحْلاَتُ الْعِلْمِيَّة

 

الرِحْلاَت وَالثَّقَافَة الإِسْلاَمِيَّة

PENGEMBARAAN DAN BUDAYA ISLAM 

لَقَدْ تَوَسَّعَ الْعَالَم الإِسْلاَمِيّ فِي الْعُصُوْر الْمَاضِيَة. وَهذَا يُؤَدِّي إِلَى زِيَادَةِ أَهَمِّيَةِ الْمَعْلُوْمَات عَنْ جُغْرَافِيَّة الْعَالَم الإسْلاَمِيّ وَالتَّعَرُّف عَلَى أَحْوَال الْبِلاَد السُّكَّان.

وَرَوَى التَّارِيْخ أَنَّ الرَّحَّالَة الْعَرَب كَانُوْا يَجُوْبُوْن الْبِلاَدَ الإسْلاَمِيَّة وَتَجَاوَزُوْا حُدُوْدَ الْعَالَم الإسْلاَمي، فَلَمْ تَمْنَعْهُمْ صُعُوْبَةُ الْمُوَاصَلاَت، أَوْ بُعْدُ الْمَسَافَات .

وَقَدْ كَثُرَتْ حِيْنَئِذٍ الرِّحْلَات الْعِلْمِيَّة وَالدِّيْنِيَّة وَالتِّجَارِيَّة .

v  الرِّحْلاَتُ الْعِلْمِيَّة

اِهْتَمَّ الإسْلاَم اِهْتِمَامًا كَبِيْرًا بِالْعِلْم، وَحَثَّ عَلَى طَلَبِهِ وَالسَّعْيِ إِلَيْه. وَأَصْبَحَتِ الرِّحْلَةُ لِذلِكَ مُنْذُ فَجْرِ الإسْلاَم فِي طَلَبِ الْعِلْم ضَرُوْرِيًّا، كَالَّذِي رَوَاهُ الْبُخَارِي (الْمُتَوَفَّى عَام 256 هــ) مِنْ أَنَّ أَرْجَابَ بْنِ عَبْدِ الله رَحَلَ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ إِلَى عَبْدِ الله بْنِ أَنِيْس فِي طَلَبِ حَدِيْثٍ وَاحِد .

وَالْبُخَارِي نَفْسُه مِثَال رَائِد لِلْعُلَمَاء الرِّحْلَة. وَلَمْ يَقْتَصِرِ الأَمْر عَلَى هذَيْنِ الْمُتَحَدِّثَيْن، بَلْ إِنَّ كَثِيْرًا مِنْهُمْ كَانَ يَقْطَع الْصَّحَارَى لِلتَّأْكِيْد مِنْ صِحَّةِ حَدِيْث أَوْ مَعْرِفَةِ سَنَدِه .

وَبِجَانِبِ الرَّئِيْسِي لِلرِّحْلَة فِي طَلَبِ الْعِلْم كَانَتْ تَتَحَقَّقُ أَهْدَافٌ أُخْرَى، أَهَمُّهَا التَّعَرُّف عَلَى أَحْوَالِ الْبِلاَد السِّيَاسِيَّة وَمَرَاكِزِ الْحَيَاة الْعِلْمِيَّة وَعَادَاتِ النَّاس وَأَخْلاَقِهِمْ

 

Dunia Islam telah berkembang di masa lalu. Ini mengarah pada peningkatan pentingnya informasi tentang peta dunia Islam dan untuk mengenal keadaan penduduk dunia.

Sejarah telah menceritakan bahwa para musafir Arab mengembara di negara Islam dan melintasi perbatasan dunia Islam, tidak menghalangi mereka sulitnya transportasi, atau jauhnya jarak.

Perjalanan ilmiah, agama dan perdagangan telah pesat pada saat itu

 

Perjalanan Ilmiah

Islam sangat memperhatikan ilmu pengetahuan, dan mendorong manusia untuk mencarinya serta berjuang untuk itu. Perjalanan itu terjadi sejak awal Islam dalam mencari ilmu, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari (w. 256 AH) bahwa Aryab bin Abdullah menempuh perjalanan  sebulan menuju Abdullah bin Anis dalam mencari sebuah hadist

Al-Bukhari sendiri adalah contoh utama bagi para ulama dalam pengembaraan. Dan tidak terbatas pada dua ahli hadist ini, tetapi banyak dari mereka yang biasa melintasi gurun pasir untuk memperkuat kesahihan hadist atau mengetahui sanad hadist

Selain tujuan utama dalam pencarian ilmu telah tercapai juga tujuan-tujuan lain, diantaranya  adalah mengidentifikasi kondisi politik negara dan pusat-pusat kehidupan keilmuan serta kebiasaan masyarakat dan moral mereka.

 

  Edited By
        Ahmad Turmudi Zhein
        Guru Bahasa Arab MA. Al-Hidayah Kendal


Kamis, 09 September 2021

Perbedaan-Perbedaan Tafsir, Takwil, Terjemah dan Ilmu Tafsir

 

BAB II

Tafsir, Takwil, Terjemah dan Ilmu Tafsir Al-Qur`an


5. Perbedaan Tafsir Dengan Terjemah

Tafsir dengan terjemah (baik tarjamah ḥarfiyah dan tarjamah tafsīriyah) tidak sama. Antara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan, antara lain sebagai berikut:

No

TERJEMAH

TAFSIR

1

Terjadi perpindahan bahasa dari bahasa pertama ke bahasa terjemah (kedua), bahasa pertama tidak melekat pada bahasa terjemah

Selalu ada keterkaitan dengan bahasa asalnya dan tidak mesti adanya pemindahan bahasa

2

Tidak boleh اِسْتِطْرَادٌ (penguraian melebihi dari sekedar pemindahan bahasa)

اِسْتِطْرَادٌ harus dilakukan apabila usaha menerangkan makna ayat baru dapat dicapai dengan penguraian secara meluas

3

Dituntut terpenuhinya semua makna dan maksud yang ada dalam bahasa yang diterjemahkan

Adanya usaha menerangkan masalah, baik keterangan itu secara ijmālī (garis besarnya) maupun secara tafṣīlī (terperinci)

4

Penerjemah diakui sudah melakukan penerjemahan apabila ia telah berhasil memindahkan makna bahasa yang pertama ke bahasa terjemah

Pengakuan didapatkan dari orang yang sepaham dengan yang membaca hasil penafsiran

 

6. Perbedaan Tafsir Dengan Takwil

Dilihat dari segi bahwa tafsir dan takwil itu fungsinya adalah menjelaskan makna aya-ayat Al-Qur`an, keduanya tidak ada perbedaan. Perbedaan terlihat ketika dilihat dari ciri masing-masing. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah :

No

TAFSIR

TAKWIL

1

Menyangkut hal yang lebih umum

Berkenaan dengan ayat-ayat yang bersifat khusus, seperti pada  ayat-ayat mutasyābihāt.

2

Bila ada dalil-dalil yang menguatkan penafsiran, boleh ditegaskan bahwa demikianlah yang dikehendaki oleh Allah swt.

Menguatkan salah satu makna dari sejumlah kemungkinan makna yang dipunyai oleh al-Qur`an, dengan tidak meyakini bahwa demikianlah yang dikehendaki oleh Allah swt.

3

Menerangkan makna ayat melalui pendekatan riwāyāt

Pendekatan pengembangan keilmuan

4

Menerangkan makna-makna yang tersurat

Menerangkan makna-makna yang tersirat

5

Menerangkan makna kalimat, baik makna hakiki maupun majazi-nya

Menerangkan makna bāin atau menerangkan hakikat yang dikehendaki

6

Berhubungan dengan makna-makna ayat yang biasa-biasa saja

Berhubungan dengan makna-makna yang suci (مَعَانٍ قُدْسِيَّةٍ)

7

Penjelasan makna dalam tafsir telah diberikan oleh Al-Qur`an sendiri

Penjelasan makna dalam takwil diperoleh melalui eksplorasi dengan memanfaatkan ilmu-ilmu alatnya

7. Perbedaan Ilmu Tafsir Dengan Tafsir

Dari uraian di atas tergambar bahwa ilmu tafsir berbeda dengan tafsir. Antara kedua terjalin hubungan yang sangat kuat, namun satu sama lainnya berbeda. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi-segi antara lain :

No

ILMU TAFSIR

TAFSIR

1

Dari segi kedudukannya

 “Alat” untuk menafsirkan

“Pekerjaan atau hasil” dari usaha menafsirkan

2

Dari segi tujuan mempelajari keduanya

agar mengetahui  “bagaimana” cara menafsirkan Al-Qur`an atau agar mampu menafsirkan

Untuk mengetahui “apa” maksud atau kandungan ayat-ayat Al-Qur`an

3

Dari segi kitab-kitabnya atau materinya

Kitab-kitab ‘Ulūm al-Qur`an atau ‘ilm at-tafsīr

Misal : Manāḥil al-‘Irfān Fī ‘Ulūm al Qur’ān (karya Abd. ‘Aim Az-Zarqānī)

Kitab-kitab Tafsir ialah kitab-kitab yang secara khusus disusun dalam memahami maksud ayat-ayat Al-Qur`an

Misal : Tafsir Al-Marāgī (karya Musṭafā Al-Mārāgī)

4

Dilihat dari segi sebab-akibat

Mampu menafsirkan Al-Qur`an

Belum tentu menyebabkan orang bisa menafsirkan atau mengetahui tafsir al-Qur`an.

 

By. Ahmad Turmudi, S.Ag

Guru Tafsir Ilmu Tafsir MA. Alhidayah Kendal 

Sumber pengambilan Buku Tafsir Ilmu tafsir peminatan keagamaan kelas 10 K-13, 2014