PEMBINAAN
PRIBADI , KELUARGA
DAN MASYARAKAT
a. Ayo
membaca QS Al Baqarah (2) : 177 berikut dengan tartil
لَيْسَ الْبِرَّ
أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ
الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ
الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (١٧٧)
b. Kosa kata QS Al Baqarah (2) : 177
KOSA KATA |
ARTI |
KOSA KATA |
ARTI |
تُوَلُّوا |
Kalian menghadapa |
الْبِرِّ |
Kebaikan |
قِبَلَ |
Arah |
وُجُوهَكُمْ |
Wajah kalian |
وَالْمَغْرِبِ |
Barat |
الْمَشْرِقِ |
Timur |
وَآتَى
الْمَالَ |
Memberikan harta |
آمَنَ |
Percaya |
ذَوِي
الْقُرْبَى |
Kerabat dekat |
عَلَى حُبِّهِ |
Yang disenangi |
وَالْمَسَاكِينَ |
Orang-orang miskin |
وَالْيَتَامَى |
Anak-anak yatim |
وَالسَّائِلِينَ |
Para peminta |
وَابْنَ
السَّبِيلِ |
Musafir |
وَأَقَامَ
الصَّلاةَ |
Mendirikan sholat |
وَفِي
الرِّقَابِ |
Hamba sahaya |
وَالْمُوفُونَ |
Mereka memenuhi |
وَآتَى
الزَّكَاةَ |
Menuanaikan zakat |
عَاهَدُوا |
Mereka berjanji |
بِعَهْدِهِمْ |
Akan janji mereka |
الْبَأْسَاءِ |
Kesempitan |
الصَّابِرِينَ |
Mereka bersabar |
الْبَأْسِ |
Peperangan |
الضَّرَّاءِ |
Penderitaan |
الْمُتَّقُونَ |
Mereka bertaqwa |
صَدَقُوا |
Membenarkan |
c. Memaknai Mufradāt Penting QS Al Baqarah
(2) : 177
Zubdatut
Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah
لَّيْسَ الْبِرَّ (Bukanlah suatu
kebajikan) Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap orang-orang Yahudi dan
Nasrani ketika mereka berlarut-larut dalam percakapan masalah pemindahan kiblat
Rasulullah menuju Ka’bah.
قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ
(menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat) Yakni arah yang berlainan.
وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ (akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah) Yakni akan tetapi
kebajikan adalah kebajikan yang dilakukan oleh orang yang beriman. Dan
(البر) merupakan kata yang mencakup
segala bentuk kebajikan, dan aku menafsirkan ayat ini dengan enam asas-asas
iman dan asas-asas amal kebaikan.
وَالْكِتٰبِ (dan kitab-kitab) Yang dimaksud dengan
kitab disini adalah semua jenis kitab Allah.
عَلَىٰ حُبِّهِۦ (yang
dicintainya) Yakni padahal ia cinta terhadap harta tersebut, jadi dia
menginfakkan hartanya meski dia mencintainya dan merasa ingin bakhil atasnya.
ذَوِى الْقُرْبَىٰ (kepada kerabatnya) Yakni para kerabat,
karena infak kepada mereka bernilai pahala sedekah dan silaturrahim jika mereka
termasuk fakir.
وَالْيَتٰمَىٰ (anak-anak yatim) Dan anak yatim yang
fakir lebih berhak mendapat sedekah dari pada anak yatim yang tidak fakir
karena mereka tidak mampu untuk mencari penghasilan.
وَالْمَسٰكِينَ (orang-orang miskin) Orang miskin adalah
orang yang bergantung pada apa yang ada dalam genggaman orang lain, karena ia
tidak memiliki apapun.
وَابْنَ السَّبِيلِ (musafir) Yakni musafir yang kehabisan
bekal di daerah orang lain.
وَالسَّآئِلِينَ (orang-orang yang meminta-minta) Yakni
orang yang meminta-minta karena keadaan yang memaksa mereka.
وَفِى الرِّقَابِ (hamba sahaya) Yang dimaksud adalah dengan
membeli budak sahaya untuk dimerdekakan. Dan pendapat lain mengatakan: yakni
membebaskan tawanan.
وَءَاتَى
الزَّكَوٰةَ (dan
menunaikan zakat) Dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa yang duluan kita
keluarkan adalah sedekah dan bukan zakat
. وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا
عٰهَدُوا۟ ۖ (dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji) Yakni perjanjian dengan Allah ataupun dengan
manusia.
الْبَأْسَآءِ (dalam kesempitan) Yakni kesulitan hidup
dan kemiskinan.
وَالضَّرَّآءِ (penderitaan) Yakni penyakit dan penuaan
. وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ (dan dalam peperangan) Yakni saat peperangan berkecamuk.
صَدَقُوا۟ ۖ (orang-orang yang benar
(imannya) ) Yakni mereka adalah orang-orang yang benar-benar dan
sungguh-sungguh dalam pengakuan mereka sebagai orang beriman.
d. Tarjamah QS Al Baqarah
(2) : 177
“ bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
e. Memahami QS Al Baqarah
(2) : 177
Kebajikan itu
bukanlah masalah kiblat, bukan masalah arah ke mana menghadap, sekalipun itu
merupakan syarat rukun di dalam salat, akan tetapi hal itu bukanlah merupakan
kebajikan itu sendiri. Di situ ada makna simbolik sebagai
suatu perlambang, dan itu tidak akan berfungsi pada kita bila tidak paham akan
maknanya.
Dengan beriman kepada Allah,
sebagaimana ayat di atas, maka berarti kita menyadari tentang adanya asal dan
tujuan hidup. Bahwa hidup kita berasal dari Allah swt dan akan kembali
kepada-Nya. Kalau kita menyadari hal itu, maka kita menyadari bahwa hidup harus
ditempuh dengan penuh kesungguhan, penuh tanggung jawab, sebab hidup ini tidak
hanya ada asal dan tujuannya. Beriman kepada hari kemudian merupakan penegasan
tentang tujuan hidup ini, dimana ada pertanggungjawaban, dan bersifat pribadi,
tidak ada pertanggungjawaban kolektif. Allah berfirman dalam al-Qur'an yang
melukiskan bagaimana kita di akhirat.
Kita percaya kepada para Malaikat,
bahwa hidup di dunia ini tidak hanya dalam lingkungan makhluk-makhluk lahiri,
tetapi juga makhluk-makhluk yang disebut ghaib termasuk Malaikat. Kemudian kita
percaya kepada kitab-kitab suci, karena dengan kitab suci kita mengetahui
rincian lebih lanjut bagaimana caranya hidup yang benar di muka bumi.
Dan percaya kepada para Nabi, sebab
para Nabi itulah yang membawa kitab-kitab suci, terutama kalau mereka ditugasi
juga untuk menyampaikan kepada orang lain sehingga martabatnya naik dari Nabi
menjadi Rasul. Nabi itu artinya orang yang mendapat berita, dalam bahasa Arab
salah satu perkataan untuk berita adalah naba'un. Maka Nabi, maksudnya ialah
orang yang mendapat berita dari alam ghaib untuk disampaikan kepada sesama
manusia.
Semua itu adalah keimanan-keimanan
yang vertikal, tetapi kemudian harus diteruskan dengan aspek horizontal dalam
kegiatan sehari-hari. Dan kebajikan sebagaimana disebut dalam surat Al Baqarah
ayat 177 di atas ialah orang yang mendermakan hartanya sekalipun dia cinta
sekali kepada harta itu-untuk kerabat kaum keluarga yang memerlukan, untuk
anak-anak yatim, untuk orang-orang miskin, untuk mereka yang terlantar dalam
perjalanan, untuk mereka yang meminta-minta dengan kesungguhan, dan untuk
membebaskan budak.
Dua dimensi dari kehidupan adalah
vertikal dan horizontal, yaitu وَأَقَامَ
الصَّلاةَ, menegakkan salat sebagai komunikasi
dengan Tuhan dan آتَى الزَّكَاةَ, mendermakan
zakat sebagai komunikasi dengan sesama manusia dalam semangat perikemanusiaan.
Ini sudah dilambangkan dalam salat itu sendiri, dimulai dengan takbir al-ihram,
di mana seluruh kegiatan yang bersifat transaksi, asosiasi dan tolong-menolong
itu haram. Kita harus memusatkan perhatian kepada Allah. Namun salat itu harus
diakhiri dengan salam dan menengok ke kanan dan kiri. Ini peringatan bahwa
kalau memang mempunyai hubungan baik dengan Allah, maka kita harus mempunyai
hubungan baik dengan sesama manusia bahkan sesama makhluk. Dan itu yang
diwujudkan dalam ibadah zakat.
Bentuk kebajikan selanjutnya adalah وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا,
yaitu orang-orang yang menepati janji apabila mereka membuat janji.
Orang-orang yang bisa dipercaya, orang-orang yang amanah, atau orang-orang yang
tidak menyalahi janjinya sendiri. Amanah adalah salah satu sifat Rasul,
sementara Rasul adalah uswatun hasanah, atau contoh yang baik. Salah satu yang
harus kita contoh ialah sifat amanah.
Jabaran kebajikan berikutnya adalah وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ yakni tabah rnenghadapi segala persoalan hidup atau sabar
tidak mudah putus asa. Inilah yang juga merupakan syarat atau pra kondisi bagi
kemenangan suatu kelompok dalam perjuangannya.
Jika nilai-nilai itu bisa disebut sebagai manifestasi
taqwa, maka taqwa sendiri, dalam maknanya yang serba meliputi dan bulat, hanya
dapat dipahami sebagai "kesadaran ketuhanan", yaitu kesadaran
tentang adanya Tuhan Yang Mahahadir dalam hidup kita. Kesadaran seperti itu membuat
kita mengetahui dan meyakini bahwa dalam hidup ini tidak ada jalan menghindar
dari Tuhan dan pengawasan-Nya terhadap tingkah laku kita. Dengan kata-kata
lain, kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup ini mendorong kita untuk
menempuh hidup mengikuti garis-garis yang diridlai-Nya, sesuai dengan
ketentuan-Nya. Maka kesadaran itu memperkuat kecenderungan alami (fithrah) kita
untuk berbuat baik (hanifiyyah), sebagaimana hal itu disuarakan dengan lembut
oleh hati nurani (nurani, bersifat cahaya) atau kalbu kita. Kemudian, dorongan
batin itu, pada gilirannya, mewujud-nyata dalam rincian nilai-nilai yang
disebutkan dalam firman Ilahi di atas itu.
Taqwa dalam pengertian mendasar
demikian, adalah sejajar dengan pengertian rabbaniyah (semangat ketuhanan)
dalam firman yang lain, yang menuturkan salah satu tujuan pokok diutusnya
seorang nabi atau rasul kepada umat manusia. Kata-kata rabbaniyah meliputi
"sikap-sikap pribadi yang secara bersungguh-sungguh berusaha memahami
Tuhan dan mentaati-Nya", sehingga dengan sendirinya ia mencakup pula
kesadaran akhlaki manusia dalam kiprah hidupnya di dunia ini. oleh karena itu,
terdapat korelasi langsung antara taqwa dan akhlak atau budi luhur, sedemikian
rupa sehingga Nabi menegaskan bahwa "Yang paling banyak memasukkan
seseorang ke dalam surga ialah taqwa kepada Allah dan budi luhur.” Sedangkan
menyempurnakan budi luhur itu, sebagaimana ditegaskan Nabi sendiri, adalah
tujuan akhir kerasulan beliau.
Istiqomah
BalasHapus12 IPA
Carlista Alistiya Putri
BalasHapus12 IPA
Susun Widyawati Maharani
BalasHapus12 IPA
Dony Irwansyah
BalasHapus12 IPA
Afrillia Yulfa Ummami
BalasHapus12 IPA
Aulliya Shalsabilla
BalasHapus12 IPA
Bunga mukhayatul
BalasHapus12 IPA
Clara Titis Eka F
BalasHapus12 IPA
Shafa HayuningTyas
BalasHapus12 IPA
Alviana Kusuma Wardani
BalasHapus12 IPA
Dian Sukma Ayuni
BalasHapus12 IPA
Wulandari
BalasHapus12 IPA
Rika Agustina
BalasHapus12 IPA
Indah Wahyuningsih
BalasHapus12 IPA
Fitria Aisyah R
BalasHapus12 IPA
Risalatun najwa
BalasHapus12 IPA
Iztiah nur biati
BalasHapus12 IPA
Abhirama Garda N.H
BalasHapus12IPA
Hani Devina Sholichah
BalasHapus12 KAG
Nur Suaibatul Islamiyah
BalasHapus12 KAG
Minachurrofiqoh 12 KAG
BalasHapusIsti Kamilatun Nisa
BalasHapus12 kag
Rini Muawanah
BalasHapus12 KAG
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusRosalinda Diva Elisia
BalasHapus12 KAG
Annur wafiq hazizah
BalasHapus12 kag
Khoirun nisa
BalasHapus12 kag
Alfenia anisatul azizah
BalasHapus12 kag