Sabtu, 04 September 2021

PEMBINAAN PRIBADI , KELUARGA DAN MASYARAKAT QS ALBAQOROH (2) : 177

 

PEMBINAAN PRIBADI , KELUARGA

DAN MASYARAKAT

a. Ayo membaca QS Al Baqarah (2) : 177 berikut dengan tartil

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (١٧٧)

b.  Kosa kata QS Al Baqarah (2) : 177

 

KOSA KATA

ARTI

KOSA KATA

ARTI

تُوَلُّوا

Kalian menghadapa

الْبِرِّ

Kebaikan

قِبَلَ

Arah

وُجُوهَكُمْ

Wajah  kalian

وَالْمَغْرِبِ

Barat

الْمَشْرِقِ

Timur

وَآتَى الْمَالَ

Memberikan harta

آمَنَ

Percaya

ذَوِي الْقُرْبَى

Kerabat dekat

عَلَى حُبِّهِ

Yang disenangi

وَالْمَسَاكِينَ

Orang-orang miskin

وَالْيَتَامَى

Anak-anak yatim

وَالسَّائِلِينَ

Para peminta

وَابْنَ السَّبِيلِ

Musafir

وَأَقَامَ الصَّلاةَ

Mendirikan sholat

وَفِي الرِّقَابِ

Hamba sahaya

وَالْمُوفُونَ

Mereka memenuhi

وَآتَى الزَّكَاةَ

Menuanaikan zakat

عَاهَدُوا

Mereka berjanji

بِعَهْدِهِمْ

Akan janji mereka

الْبَأْسَاءِ

Kesempitan

الصَّابِرِينَ

Mereka bersabar

الْبَأْسِ

Peperangan

الضَّرَّاءِ

Penderitaan

الْمُتَّقُونَ

Mereka bertaqwa

صَدَقُوا

Membenarkan

 

c. Memaknai Mufradāt Penting QS Al Baqarah (2) : 177

 

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

لَّيْسَ الْبِرَّ (Bukanlah suatu kebajikan) Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani ketika mereka berlarut-larut dalam percakapan masalah pemindahan kiblat Rasulullah menuju Ka’bah.

 قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ (menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat) Yakni arah yang berlainan.

 وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ (akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah) Yakni akan tetapi kebajikan adalah kebajikan yang dilakukan oleh orang yang beriman. Dan

(البر) merupakan kata yang mencakup segala bentuk kebajikan, dan aku menafsirkan ayat ini dengan enam asas-asas iman dan asas-asas amal kebaikan.

 وَالْكِتٰبِ (dan kitab-kitab) Yang dimaksud dengan kitab disini adalah semua jenis kitab Allah.

 عَلَىٰ حُبِّهِۦ (yang dicintainya) Yakni padahal ia cinta terhadap harta tersebut, jadi dia menginfakkan hartanya meski dia mencintainya dan merasa ingin bakhil atasnya.

 ذَوِى الْقُرْبَىٰ (kepada kerabatnya) Yakni para kerabat, karena infak kepada mereka bernilai pahala sedekah dan silaturrahim jika mereka termasuk fakir.

 وَالْيَتٰمَىٰ (anak-anak yatim) Dan anak yatim yang fakir lebih berhak mendapat sedekah dari pada anak yatim yang tidak fakir karena mereka tidak mampu untuk mencari penghasilan.

 وَالْمَسٰكِينَ (orang-orang miskin) Orang miskin adalah orang yang bergantung pada apa yang ada dalam genggaman orang lain, karena ia tidak memiliki apapun.

 وَابْنَ السَّبِيلِ (musafir) Yakni musafir yang kehabisan bekal di daerah orang lain.

 وَالسَّآئِلِينَ (orang-orang yang meminta-minta) Yakni orang yang meminta-minta karena keadaan yang memaksa mereka.

 وَفِى الرِّقَابِ (hamba sahaya) Yang dimaksud adalah dengan membeli budak sahaya untuk dimerdekakan. Dan pendapat lain mengatakan: yakni membebaskan tawanan.

 وَءَاتَى الزَّكَوٰةَ (dan menunaikan zakat) Dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa yang duluan kita keluarkan adalah sedekah dan bukan zakat

. وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عٰهَدُوا۟ ۖ (dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji) Yakni perjanjian dengan Allah ataupun dengan manusia.

 الْبَأْسَآءِ (dalam kesempitan) Yakni kesulitan hidup dan kemiskinan.

 وَالضَّرَّآءِ (penderitaan) Yakni penyakit dan penuaan

. وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ (dan dalam peperangan) Yakni saat peperangan berkecamuk.

 صَدَقُوا۟ ۖ (orang-orang yang benar (imannya) ) Yakni mereka adalah orang-orang yang benar-benar dan sungguh-sungguh dalam pengakuan mereka sebagai orang beriman.

d. Tarjamah QS Al Baqarah (2) : 177

 “ bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”

 

e. Memahami QS Al Baqarah (2) : 177

 

Kebajikan itu bukanlah masalah kiblat, bukan masalah arah ke mana menghadap, sekalipun itu merupakan syarat rukun di dalam salat, akan tetapi hal itu bukanlah merupakan kebajikan         itu sendiri. Di situ ada makna simbolik sebagai suatu per­lambang, dan itu tidak akan berfungsi pada kita bila tidak paham akan maknanya.

Dengan beriman kepada Allah, sebagaimana ayat di atas, maka berarti kita menyadari tentang adanya asal dan tujuan hidup. Bahwa hidup kita berasal dari Allah swt dan akan kembali kepada-Nya. Kalau kita menyadari hal itu, maka kita menyadari bahwa hidup harus ditempuh dengan penuh kesungguhan, penuh tanggung jawab, sebab hidup ini tidak hanya ada asal dan tujuannya. Beriman kepada hari kemudian merupakan penegasan tentang tujuan hidup ini, dimana ada pertanggungjawaban, dan bersifat pribadi, tidak ada pertang­gungjawaban kolektif. Allah berfirman dalam al-Qur'an yang melu­kiskan bagaimana kita di akhirat.

Kita percaya kepada para Malaikat, bahwa hidup di dunia ini tidak hanya dalam lingkungan makhluk-makhluk lahiri, tetapi juga makhluk-makhluk yang disebut ghaib termasuk Malaikat. Kemudian kita percaya kepada kitab-kitab suci, karena dengan kitab suci kita mengetahui rincian lebih lanjut bagaimana caranya hidup yang benar di muka bumi.

Dan percaya kepada para Nabi, sebab para Nabi itulah yang membawa kitab-kitab suci, terutama kalau mereka ditugasi juga untuk menyampaikan kepada orang lain sehingga martabatnya naik dari Nabi menjadi Rasul. Nabi itu artinya orang yang mendapat berita, dalam bahasa Arab salah satu perkataan untuk berita adalah naba'un. Maka Nabi, maksudnya ialah orang yang mendapat berita dari alam ghaib untuk disampaikan kepada sesama manusia.

Semua itu adalah keimanan-keimanan yang vertikal, tetapi kemudian harus diteruskan dengan aspek horizontal dalam kegiatan sehari-hari. Dan kebajikan sebagaimana disebut dalam surat Al Baqarah ayat 177 di atas ialah orang yang mendermakan hartanya ­sekalipun dia cinta sekali kepada harta itu-untuk kerabat kaum keluarga yang memerlukan, untuk anak-anak yatim, untuk orang-­orang miskin, untuk mereka yang terlantar dalam perjalanan, untuk mereka yang meminta-minta dengan kesungguhan, dan untuk membebaskan budak.

Dua dimensi dari kehidupan adalah vertikal dan horizontal, yaitu وَأَقَامَ الصَّلاةَ, menegakkan salat sebagai komunikasi dengan Tuhan dan آتَى الزَّكَاةَ, mendermakan zakat sebagai komunikasi dengan sesama manusia dalam semangat perikemanusiaan. Ini sudah dilambangkan dalam salat itu sendiri, dimulai dengan takbir al-ihram, di mana seluruh kegiatan yang bersifat transaksi, asosiasi dan tolong-menolong itu haram. Kita harus memusatkan perhatian kepada Allah. Namun salat itu harus diakhiri dengan salam dan menengok ke kanan dan kiri. Ini peringatan bahwa kalau memang mempunyai hubungan baik dengan Allah, maka kita harus mempunyai hubungan baik dengan sesama manusia bahkan sesama makhluk. Dan itu yang diwujudkan dalam ibadah zakat.

Bentuk kebajikan selanjutnya adalah وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا, yaitu orang-orang yang menepati janji apabila mereka mem­buat janji. Orang-orang yang bisa dipercaya, orang-orang yang amanah, atau orang-orang yang tidak menyalahi janjinya sendiri. Amanah adalah salah satu sifat Rasul, sementara Rasul adalah uswatun hasanah, atau contoh yang baik. Salah satu yang harus kita contoh ialah sifat amanah.

Jabaran kebajikan berikutnya adalah وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ  yakni tabah rnenghadapi segala persoalan hidup atau sabar tidak mudah putus asa. Inilah yang juga merupakan syarat atau pra kondisi bagi kemenangan suatu kelompok dalam perjuangannya.

Jika nilai-nilai itu bisa disebut sebagai manifestasi taqwa, maka taqwa sendiri, dalam maknanya yang serba meliputi dan bulat, hanya dapat dipahami sebagai "kesadaran ketuhanan", yaitu kesa­daran tentang adanya Tuhan Yang Mahahadir dalam hidup kita. Kesadaran seperti itu mem­buat kita mengetahui dan meyakini bahwa dalam hidup ini tidak ada jalan menghindar dari Tuhan dan penga­wasan-Nya terhadap tingkah laku kita. Dengan kata-kata lain, kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup ini mendorong kita untuk menempuh hidup mengikuti garis­-garis yang diridlai-Nya, sesuai dengan ketentuan-Nya. Maka kesadaran itu memperkuat kecenderungan alami (fithrah) kita untuk berbuat baik (hanifiyyah), se­bagaimana hal itu disuarakan dengan lembut oleh hati nurani (nurani, bersifat cahaya) atau kalbu kita. Kemu­dian, dorongan batin itu, pada gilirannya, mewujud-nyata dalam rincian nilai-nilai yang disebutkan dalam firman Ilahi di atas itu.

Taqwa dalam pengertian mendasar demikian, adalah sejajar dengan pengertian rabbaniyah (semangat ketuhanan) dalam firman yang lain, yang menuturkan salah satu tujuan pokok diutusnya seorang nabi atau rasul kepada umat manusia. Kata-kata rabbaniyah meliputi "sikap-sikap pribadi yang secara bersungguh-sungguh berusaha memahami Tuhan dan mentaati-Nya", sehingga dengan sendirinya ia mencakup pula kesadaran akhlaki manusia dalam kiprah hidupnya di dunia ini. oleh karena itu, terdapat korelasi langsung antara taqwa dan akhlak atau budi luhur, sedemikian rupa sehingga Nabi menegaskan bahwa "Yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga ialah taqwa kepada Allah dan budi luhur.” Sedangkan menyempurnakan budi luhur itu, sebagaimana ditegaskan Nabi sendiri, adalah tujuan akhir kerasulan beliau.

 

Edited by
Ahmad Turmudi, S.Ag
Guru Tafsir Ilmu Tafsir MA. Al-Hidayah Kendal
Berdasarkan Kurikulum  Madrasah Aliyah 2013


28 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus