Selasa, 31 Agustus 2021

TARJAMAH DAN ILMU TAFSIR

TARJAMAH DAN ILMU TAFSIR

 

1.  Terjemah

Terjemah secara bahasa berarti “menyalin” (memindahkan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain atau mengalihbahasakan. Jadi, substansi terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran dengan tidak merubah semua kandungan makna dan maksud awal.

Terjemahan al-Qur`an ada dua macam, yaitu:

a.  Terjemah harfiyah atau terjemah lafẓiyah adalah terjemah yang kata perkatanya sangat terikat dengan kosakata dan struktur bahasa yang ada dalam bahasa pertama atau bahasa asal, sehingga seakan-akan hanya menggantikan makna kata-kata itu pada urutan dan tempatnya masing-masing secara sama. Aẓ-Ẓahabī dalam at-Tafsīr wal Mufassirūn, membagi terjemah ḥarfiyah ke dalam dua model:

1)  Ḥarfiyah bil miṡl, yaitu terjemahan yang dilakukan apa adanya sesuai dengan bahasa asal, dan

2)  Ḥarfiyah bi gairil miṡl, yaitu terjemahan yang sedikit longgar keterikatannya dengan susunan dan struktur bahasa pertama atau bahasa yang diterjemahkan

b.  Terjemah tafsīriyah atau ma’nawiyah adalah menerangkan atau menjelaskan makna perkataan atau kalimat yang terkandung dalam bahasa pertama ke dalam bahasa lain tanpa memperhatikan susunan  dan jalan bahasa aslinya dan juga tanpa memperhatikan makna yang dimaksudnya.Terjemah model ini lebih mengedepankan maksud atau kandungan dari bahasa asal dan tidak terikat dengan susunan dan struktur kalimat dari bahasa pertama. Dalam istilah lain, terjemah ini dikenal dengan terjemah bebas. Walau demikian terjemah Tafsīriyah berbeda dengan tafsir.

Untuk memperjelas perbedaan antara terjemah ḥarfiyah dan terjemah Tafsīriyah, contoh berikut:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا

Artinya: “Dan janganlah kalian jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah (pula) kalian terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. al-Isrā` [17]: 29)

Terjemah di atas adalah tarjamah ḥarfiyah. Secara terjemah ḥarfiyah artinya larangan Allah Swt. mengikatkan tangan ke leher atau membukanya lebar-lebar, sesuai dengan teks aslinya dan itulah yang dikehendaki ayat. Pada terjemah ḥarfiyah yang dipentingkan adalah ketepatan segi bahasa. Pada terjemah tafsīriyah yang diperhatikan adalah ketepatan dari segi makna, sehingga maksudnya adalah larangan untuk pelit dan larangan untuk boros.

Pada umumnya, kedua cara ini digabungkan agar sasaran penerjemahan yaitu ketepatan bahasa dan makna dapat tercapai. Jadi, ayat-ayat diterjemahkan secara ḥarfiyah dahulu baru kemudian di-terjemah tafsīriyahkan (bila ada). Pada sistem terjemah al-Qur`an terbitan Kementerian Agama terjemah tafsīriyah ditempatkan pada catatan kaki.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerjemah adalah:

a. Penerjemah harus benar-benar mengetahui dan menghayati kedudukan dan aspek- aspek dari kedua bahasa yaitu bahasa asal dan bahasa terjemah.

b.  Penerjemah harus mengetahui pola kalimat dan ciri khas kedua bahasa.

c.  Bahasa terjemah harus memenuhi semua makna dan maksud yang ada pada bahasa asal

d. Bahasa asal tidak boleh melekat pada bahasa terjemah lagi. Maksudnya, terjemahan harus benar-benar memindah makna bahasa asal ke dalam bahasa terjemah.

2.  Ilmu Tafsir

Menurut TM. Hasbi Ash-Shiddiqi Ilmu tafsir adalah ilmu yang menerangkan tentang hal nuzūlul āyāt, keadaan-keadaannya, kisah-kisahnya, sebab-sebab turunnya, tertib makiyyah dan madaniyyah-nya, muhkam dan mutasyabih-nya, mujmal dan mufaṣṣal-nya, ḥalal dan ḥaramnya, wa’d dan wa’īd-nya dan amr dan nahi-nya serta i’tibār dan amṡal- nya”.

            Pengajaran Ilmu tafsir adalah sebuah proses belajar mengajar yang berisi bahan-bahan untuk menafsirkan al-Qur`an. Dibahas sejumlah teori atau ilmu yang berhubungan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan dalam menafsirkan al-Qur`an. Dengan memahami ilmu ini, seseorang dapat menafsirkan al-Qur`an atau minimal mengerti langkah-langkah atau cara-cara mufassir dalam menafsirkan al-Qur`an.

Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari Ilmu tafsir adalah:

   Mengetahui makna kata-kata dalam al-Qur`an.

   Menjelaskan maksud setiap ayat.

   Menyingkap hukum dan hikmah yang dikandung al-Qur`an.

  Menyampaikan pembaca kepada maksud yang diinginkan Allah Swt, agar memperoleh  kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Edited by Ahmad Turmudi, S.Ag

Guru Tafsir Ilmu Tafsir MA.Alhidayah Majasem Kendal Ngawi

Dikutip dari Buku Tafsir Kurikulum 13, kementerian Agama tahun 2017

 


 

Senin, 30 Agustus 2021

KEBESARAN ALLAH Surat an-Naḥl [16] ayat 68-70

 

BAB II

KEBESARAN DAN KEKUASAAN ALLAH


1. Ayo Membaca Surat an-Naḥl [16] ayat 68-70 secara tartil

 

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (٦٨)ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٦٩)وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (٧٠)

2. Kosa kata

 

ARTI

KOSA KATA

ARTI

KOSA KATA

Tuhanmu

رَبُّكَ

Mewahyukan

أَوْحَى

Jadikanlah

اتَّخِذِي

Lebah

النَّحْلِ

Rumah-rumah

بُيُوتًا

Gunung-gunung

الْجِبَالِ

Mereka buat

يَعْرِشُونَ

Pepohonan

الشَّجَرِ

Buah-buahan

الثَّمَرَاتِ

Makanlah

كُلِي

Jalan-jalan

سُبُلَ

Tempuhlah

اسْلُكِي

Keluar

يَخْرُجُ

Dengan mudah

ذُلُلا

Minuman

شَرَابٌ

Perutnya

بُطُونِهَا

Warnanya

أَلْوَانُهُ

Bermacam-macam

مُخْتَلِفٌ

Mereka brfikir

يَتَفَكَّرُونَ

Obat

شِفَاءٌ

Mematikan kalian

يَتَوَفَّاكُمْ

Menciptakan  kalian

خَلَقَكُمْ

Usia renta

أَرْذَلِ الْعُمُرِ

Dikembalikan

يُرَدُّ

Maha kuasa

قَدِيرٌ

Maha mengetahui

عَلِيمٌ

 

3. Makna mufrodat penting

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

68. وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ

(Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah) Yakni mengilhamkan.

  وَمِنَ الشَّجَرِ أَنِ اتَّخِذِى مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا

 (Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu) Yakni sarang-sarang yang sesuai yang berada di lubang-lubang yang ada di pegunungan atau pepohonan.

 وَمِمَّا يَعْرِشُونَ

(dan di tempat-tempat yang disiapkan manusia) Yakni panel-panel yang dibuat agar dipakai lebah untuk menjadi sarangnya, yang kebanyakan terbuat dari kayu.

 

69. ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ الثَّمَرٰتِ

(kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan) Yakni dari berbagai macam bunga dan buah.

 فَاسْلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ

(dan tempuhlah jalan Tuhanmu) Yakni olahlah apa yang kamu makan di jalan Tuhanmu; yakni apa yang ada di perut lebah yang Allah olah menjadi madu dengan kekuasaan-Nya. Atau maknanya adalah apabila kamu memakan sari buah-buahan di tempat yang jauh maka tempuhlah jalan Tuhanmu kembalilah ke sarangmu dan janganlah kamu tersesat.

 ذُلُلًا ۚ

( yang telah dimudahkan) Yakni yang tidak sulit ditempuh.

 شَرَابٌ

(minuman) Yakni madu.

مُّخْتَلِفٌ أَلْوٰنُهُۥ

(yang bermacam-macam warnanya) Ada yang berwarna putih, merah, biru, dan kuning.

 فِيهِ شِفَآءٌ لِّلنَّاسِ ۗ

( di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia) Menurut beberapa ulama bahwa ini hanya untuk beberapa penyakit.

 إِنَّ فِى ذٰلِكَ

(Sesungguhnya pada yang demikian itu) Yakni pada fenomena yang ada pada lebah ini.

لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

(benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan) Yakni yang menggunakan fikiran mereka untuk memikirkan ciptaan-ciptaan Allah. lebah termasuk ciptaan yang paling menakjubkan, mengherankan, paling teliti, dan teratur

3. Ayo Menerjemah

68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",

69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

70. Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.

 

5. Ayo Memahami

As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di menjelaskan bahwa dalam ayat di atas, lebah telah medapatkan ilham dari Allah berupa bimbingan yang ajaib. Allah memberikan kemudahan bagi lebah untuk menuju padang rumput dan taman untuk mencari makan kemudian kembali ke sarangnya yang sangat bagus dan unik atas petunjuk Allah.

Wahbah Zuhayli dalam Tafsir al-Wajiz juga memberikan keterangan bahwa Allah telah memberikan kemudahan habitat makanan lebah kemudian Allah juga memberikan arahan kepada lebah untuk merenovasi rumahnya dengan sedemikian mengagumkan.

Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan kata “an” di atas sebagai “an” mashdariyah atau mufassiriyah yang berarti ilham yang diberikan kepada lebah berupa sarang untuk tempat tinggal. Sarang tersebut bisa bertempat di bukit-bukit, pohon-pohon, atau tempat-tempat yang telah disediakan maunusia. Sedang Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan pengertian bahwa lebah telah diberikan Allah ilham untuk menyelesaikan semua persoalan hidupnya. Termasuk juga yang dimudahkan Allah bagi lebah adalah membuat sarang di gunung-gunug, celah-celah pepohonan, maupun pucuk-pucuk rumah manusia.

Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan lafadz “dzululan” ini sebagai bentuk jamak dari lafadz “dzaluulun”. Makna dari lafadz tersebut adalah dimudahkannya lebah untuk mengambil makanan sejauh dan sesulit apapun jalan tersebut, ia tidak akan tersesat untuk kembali ke sarangnya. Lalu dari perut lebah tersebut keluar minuman yang bermacam-macam warnya, yang di dalamnya mengandung obat bagi segala penyakit. Minuman tersebut bernama madu.

Mengenai madu sebagai penyembuh ini Rasulullah pernah bersabda “penyembuhan bisa lewat tiga macam: bekam, minum madu, atau membakar dengan api. Dan aku melarang umatku membakar dengan api.” (HR Bukhari). Dalam hadis lain riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah juga pernah menyuruh sahabatnya untuk meminumkan madu kepada orang yang sakit diare. Diminumkannya madu tersebut kepda orang yang sakit sebanayk tiga kali lalu penyakitnya pun sembuh.

Dalam Tafsir al-Misbah Quraish Shihab menerangkan ayat ini dengan penjelasan saintifik modern atau menggunakan penafsiran bil ‘ilmi. Menurut ilmu pengetahuan modern di dalam madu ini terdapat unsur glukosa dan perfentous dalam porsi yang besar. Dalam ilmu kedokteran, glukosa ini berguna sekali bagi proses penyembuhan berbagai macam jenis penyakit melalui injeksi atau dengan perantaraan mulut yang berfungsi sebagai penguat.

Di samping itu, madu juga memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggu terutama vitamin B kompleks. Dalam seminar ilmiah yang dialakukan cendekiwan muslim di Qatar mengungkapkan bahwa madu lebah berperan penting dalam menghentikan pertumbuhan mikroba. Enzim di dalamnya dapat merangsang kesehatan tubuh manusia dan berfungsi meningkatkan zat antibody untuk melawan penyakit yang menyerang.

Atas dasar ilmu pengetahuan modern ini Quraish Shihab mendapatkan afirmasi untuk panfsiran bahwa dalam minuman yang dihasilkan oleh lebah mengandung obat dari berbagai penyakit sesuai yang telah difirmankan Allah. Ayat ini sekali lagi menjadi bukti bahwa antara kebenaran Al-Quran dan kebenaran sains atau ilmu pengetahuan tidaklah bertentangan

.

By Ahmad Turmudi, S.AgGuru Tafsir Ilmu Tafsir  MA. Al-Hidayah

Dikutip dari Buku Tafsir Ilmu Tafsir kelas 11 Kurikulum 13 tahun 2015 dan sumber lain dengan berbagai perubahan