Selasa, 23 Februari 2021

ETOS KERJA PRIBADI MUSLIM Q.S. AL-QASHASH AYAT 77

 

ETOS KERJA PRIBADI MUSLIM

QURAN SURAT AL-QASHASH AYAT 77

 

1. QURAN SURAT AL-QASHASH AYAT 77

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Terjemah Arti:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan

2. Makna Mufrodat Al-Qashash:77

1). Kata (فِيمَآ) fimâ dipahami mengandung makna terbanyak atau pada umumnya,  sekaligus melukiskan tertancapnya ke dalam lubuk hati upaya mencari kebahagiaan ukhrawi melalui apa yang dianugerahkan Allah dalam kehidupan dunia ini. Dalam konteks Qârûn adalah gudang-gudang tumpukan harta benda yang dimilikinya itu.

 

2). Firman-Nya : (وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا) wa lâ tansa nasîbaka min ad-dunyâ  merupakan larangan melupakan atau mengabaikan bagian seseorang dari kenikmatan duniawi. Larangan itu dipahami oleh sementara ulama bukan dalam arti haram mengabaikannya, tetapi dalam arti mubah (boleh untuk mengambilnya).

 

3). Kata (نَصِيبَ) nashî b terambil dari kata (نصب) nashaba yang pada mulanya berarti menegakkan sesuatu sehingga nyata dan mantap seperti misalnya gunung. Kata nashîb atau nasib adalah bagian tertentu yang telah ditegakkan  sehingga menjadi nyata dan jelas bahwa bagian itu adalah hak dan miliknya dan  atau itu tidak dapat dielakkan.

 

4). Kata ( أَحْسَنَ ) ahsan terambil dari kata ( حسن ) hasan yang berarti baik. Patron kata yang digunakan ayat ini berbentuk perintah dan membutuhkan objek. Namun objeknya tidak disebut, sehingga ia mencakup segala sesuatu yang dapat disentuh oleh kebaikan, bermula terhadap lingkungan, harta benda, tumbuhtumbuhan, binatang, manusia, baik orang lain maupun diri sendiri.

 

 5). Kata (كَمَآ) kamâ pada ayat di atas dipahami oleh banyak ulama dalam arti sebagaimana. Ada juga ulama yang enggan memahaminya demikian, karena betapa pun besarnya upaya manusia berbuat baik, pasti dia tidak dapat melakukannya “sebagaimana” yang dilakukan Allah. Atas dasar itu banyak ulama memahami kata kamâ dalam arti “disebabkan karena”, yakni karena Allah telah melimpahkan aneka karunia, maka seharusnya manusia pun melakukan ihsan dan upaya perbaikan sesuai kemampuannya.

3. TAFSIR QURAN SURAT AL-QASHASH AYAT 77

Dan carilah pahala negeri akhirat pada apa yang Allah berikan kepadamu berupa harta benda, dengan mengamalkan ketaatan kepada Allah melalui harta itu di dunia ini. Dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari dunia dengan jalan bersenang-senang di dunia ini dengan hal-hal yang halal, tanpa berlebihan. Dan berbuat baiklah kepada orang-orang dengan memberikan sedekah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dengan (memberikan) harta yang banyak. Dan janganlah kamu mencari apa yang diharamkan oleh Allah berupa tindakan berbuat kerusakan di muka bumi dan penganiayaan terhadap kaummu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan dan Dia akan membalas mereka atas amal perbuatan buruk mereka

” Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

            77.Dan mohonlah kepada Allah pahala di kehidupan Akhirat terkait harta yang telah diberikan Allah kepadamu, dengan cara menginfakkannya pada jalan-jalan kebaikan dan janganlah kamu lupa bagianmu dari makan, minum, pakaian dan kenikmatan-kenikmatan lainnya, tanpa berlebih-lebihan dan tidak sombong. Dan perbaikilah hubungan dengan Rabbmu dan dengan hamba-hamba-Nya sebagaimana Rabbmu Yang mahasuci berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan kemaksiatan dan meninggalkan ketaatan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dengan perbuatan tersebut, justru Dia murka

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

77. Hai Qarun, carilah kenikmatan yang kekal di akhirat melalui infak di jalan kebaikan, karena sebaik-baik harta adalah harta yang digunakan pemiliknya untuk berinfak di jalan Allah, sebab harta itu adalah harta Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Kami tidak mengolokmu yang telah mendapatkan kenikmatan dunia melalui cara yang dihalalkan Allah. Hai Qarun, bersyukur kepada Allah atas apa yang telah diberikan kepadamu dapat membuatmu bersungguh-sungguh dalam berinfak. Perintah kebaikan ini juga bermakna larangan berbuat kerusakan di bumi yang kamu tinggali. Dan ingatlah bahwa Allah tidak menyukai hamba-Nya yang sombong dan angkuh, Dia akan memberi perhitungan kepada seluruh makhluk atas apa yang telah mereka kerjakan.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

77. وَابْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ اللهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ ۖ (Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat) Maka belanjakanlah harta itu pada apa yang diridhai Allah, bukan digunakan untuk menyombongkan diri. وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ( dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi) Yakni janganlah kamu lalaikan bagianmu di dunia dalam menikmati hartamu yang halal. وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ ۖ( dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu) Dengan kenikmatan yang telah Allah berikan kepadamu di dunia. وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْأَرْضِ ۖ( dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi) Yakni janganlah kamu bermaksiat kepada Allah di bumi. إِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan) Yakni kerusakan di bumi.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

77. Carilah dalam sesuatu yang diberikan Allah kepadamu itu pahala akhirat dengan menginfakkannya untuk mencari ridhaNya dan menaatiNya, bukan untuk berlaku angkuh dan sewenang-wenang. Janganlah lupa untuk berinfak dalam hal yang dihalalkan Allah kepadamu dan berbuat baiklah kepada hamba-hambaNya dengan bersedekah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan memberimu nikmat berupa harta dan penghormatan. Jangan kamu gunakan harta benda untuk bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya Dia tidak meridhai orang-orang yang merusak dengan berbuat maksiat di dunia dan akan membalas mereka atas perbuatan mereka

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

77. jama’ah (dari bani israil) menasihatinya dan menunjukinya : Mintalah (wahai qarun) atas pemberian Allah kepadamu dari harta ini, balasan (pahala) untuk akhirat, dan beramal dengan amalan yang Allah ridhai dari sisi kebaikan, dan janganlah engkau tinggal syarat halal dan haram atas hartamu, bagimu untuk beribadah dengan jujur dan makruf, sebagaimana Allah telah membaguskanmu dan memberikan harta ini yang banyak, dan janganlah engkau berbuat dzalim di muka bumi dengna harta ini; Sebab Allah tidak mengingkan orag-orang yang berbuat kerusakan. Akan tetapi qarun congkak dan sombong, dia mengklaim bahwa hartanya atas jerih payah dan kepiawaiannya, dan ia tetap berada dalam keadaan demikian sampai Allah jatuhkan dan benamkan di bumi.

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

77. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat.” Maksudnya memperoleh sesuatu yang ada di sisi Allah dan bersedekahlah; dan jangan sekali-kali kamu merasa cukup dengan hanya sekedar memperoleh kepuasan nafsu dan meraih berbagai kelezatan, “dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi.” Maksudnya, Kami tidak memerintahmu agar menyedekahkan seluruh harta kekayaanmu sehingga engkau menjadi terlantar, akan tetapi berinfaklah untuk akhiratmu dan bersenang-senanglah dengan harta duniamu dengan tidak merusak agamamu dan tidak pula membahayakan akhiratmu, “dan berbuat baiklah,” kepada hamba-hamba Allah, “sebagaimana Allah telah berbuat baik” kepadamu dengan menganugerahimu harta kekayaan ini, “dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi,” dengan bersikap sombong dan berbuat berbagai maksiat terhadap Allah serta tenggelam di dalam kenikmatan dengan melupakan Pemberi nikmat itu. “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Bahkan Allah akan menyiksa mereka atas perbuatan itu dengan siksaan yang paling berat.

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

77. Yakni engkau wahai Qarun telah memiliki sarana-sarana untuk mengejar akhirat yang tidak dimiliki oleh selainmu. Oleh karena itu, carilah pahala di sisi Allah dengan harta-hartamu, seperti menyedekahkannya sebagian dari rezeki itu di jalan Allah dan jangan hanya digunakan untuk memuaskan nafsu. Berupa harta, yakni agar engkau infakkan di jalan Allah. Yakni Allah tidaklah memerintahkannya untuk menyedekahkan semua hartanya sehingga hartanya habis tanpa bersisa, bahkan sisihkanlah hartamu untuk akhirat, dan silahkan bersenang-senang dengan duniamu, namun tidak sampai melubangi agamamu dan merusak akhiratmu. Yaitu dengan bersikap sombong serta mengerjakan kemaksiatan, dan sibuk dengan nikmat itu sampai lupa kepada Pemberi nikmat (Allah).

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

77. Nasihat di atas tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni (mah'ah) dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh harta, dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya, dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi pada saat yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan tanpa berlebihan. Dan berbuatbaiklah kepada semua orang dengan bersedekah sebagaimana atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam bentuk apa pun di bagian mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan dan akan memberikan balasan atas kejahatan tersebut.

Edited by : Ahmad Turmudzi Zhein


Tidak ada komentar:

Posting Komentar