HIDUP SEDERHANA
1. QS Al Qashash 79-82
فَخَرَجَ عَلٰى
قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖۗ قَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا
يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوْتِيَ قَارُوْنُۙ إِنَّهٗ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ ٧٩
وَقَالَ
الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ
وَعَمِلَ صَالِحًاۚ وَلَا يُلَقّٰهَا إِلَّا الصّٰبِرُوْنَ ٨٠
فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ
الْأَرْضَۗ فَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۖ
وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ
وَأَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْأَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَأَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَا أَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَاۗ وَيْكَأَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ ؑ٨٢
2. Ayo Memaknai Mufradat Penting
• Firman-Nya: (فَخَرَجَ عَلٰى
قَوْمِهٖ فِيْ زِيْنَتِهٖۗ ) fa kharaja ‹alâ qaumihî fî zînatihi/ maka keluarlah ia kepadanya kaumnya dalam
kemegahannya, mengesankan keangkuhan yang sangat besar. Kesan ini, pertama,
diperoleh dari penggunaan kata (عَلٰى )
‹alâ yang pada dasarnya berarti di atas, yang maksudnya adalah kepada. Tetapi
di sini digunakan kata tersebut untuk mengisyaratkan betapa
dia merasa diri berada «di atas» orang banyak. Kedua, dari
penggunaan kata (فِيْ زِيْنَتِهٖۗ
)
fî zînatihi/dalam kemegahannya. Ini mengesankan bahwa walaupun ia keluar tetapi ia diliputi oleh
kemegahan. Kiri dan kanan, muka dan belakangnya serta atas dan bawahnya, semua
adalah bentuk kemegahan yang dibuatnya sedemikian rupa bagaikan satu wadah
sedang ia sendiri berada di dalam wadah itu. Banyak sekali riwayat yang
menguraikan kemegahan tersebut, tetapi hampir seluruhnya – kalau enggan berkata
seluruhnya – adalah hasil imajinasi perawi.
• Kata ( وَيْلَكُمْ ) wailakum dipahami oleh banyak ulama sebagai kata yang menunjukkan keheranan. Sedangkan kata (يُلَقّٰهَا ) laqiya yang berarti bertemu. Pertemuan menuntut adanya dua hal yang berhimpun dalam satu kondisi. Dari sini kata tersebut terkadang diartikan memperoleh, memberi atau menerima. Kata ganti hâ’/nya pada yulaqqâhâ dipahami dari konteks ayat di atas - dalam hal ini ulama berbeda pendapat – ada yang memahaminya dalam arti pahala yang dijanjikan itu, sehingga ayat ini berarti pahala yang dijanjikan itu tidak diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabaryang disampaikan itu, sehingga jika demikian, penggalan terakhir ayat ini berarti «nasihat itu tidak akan diterima kecuali oleh orang-orang sabar untuk tetap dalam ketaatan.
3. Ayo menerjemahkan QS al-Qashash (28): 79-82
79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya,
berkatalah orang-orang
yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun;
Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar”.
80. berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan
yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-
orang yang sabar”.
81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan
Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
82. dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan
kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi
siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah
tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula).
Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)”.
5. Ayo memhami isi Kandungan QS al-Qashash (28): 79-82
Ayat 79. ini menerangkan bahwa
pada suatu hari Karun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan pakaian yang megah
dan perhiasan yang berlebihan dalam suatu iring-iringan yang lengkap dengan
pengawal, hamba sahaya, dan inang pengasuh untuk mempertontonkan ketinggian dan
kebesarannya kepada manusia. Hal yang demikian itu adalah sifat yang amat
tercela, kebanggaan yang terkutuk bagi orang yang berakal dan berpikiran sehat.
Hal itu menyebabkan kaumnya terbagi dua.
Pertama,
orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan
berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini.
Menurut anggapan mereka, hidup yang demikian itu adalah kebahagiaan. Mereka itu
berharap juga dapat memiliki sebagaimana yang dimiliki Karun yaitu harta yang
bertumpuk-tumpuk dan kekayaan yang berlebih-lebihan, karena yang demikian itu
dianggap sebagai keberun-tungan yang besar.
Dengan demikian mereka akan hidup senang, dan berbuat sekehendak hatinya merasakan kenikmatan dunia dengan segala variasinya. Keinginan manusia seperti ini sampai sekarang tetap ada, bahkan tumbuh dengan subur di tengah-tengah masyarakat. Di mana-mana kita dapat menyaksikan bahwa tidak sedikit orang yang berkeinginan keras untuk memiliki seperti apa yang telah dimiliki orang-orang kaya, pengusaha besar, dan lainnya, seperti rumah besar dengan perabot serba mewah, mobil mewah, tanah, dan sawah ladang yang berpuluh-puluh bahkan beratus hektar. Hal itu mereka lakukan sekalipun menggunakan jalan yang tidak wajar, yang tidak sesuai dengan hukum agama dan peraturan negara. Hal itu menyebabkan timbulnya kecurangan dan korupsi di mana-mana.
Ayat
80. Ayat ini menerangkan kelompok kedua yaitu orang-orang yang
berilmu dan berpikiran waras. Mereka menganggap bahwa cara berpikir orang-orang
yang termasuk golongan pertama tadi sangat keliru, bahkan dianggap sebagai satu
bencana besar dan kerugian yang nyata, karena lebih mementingkan kehidupan dunia
yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal. Golongan kedua berpendapat bahwa
pahala di sisi Allah bagi orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya
serta beramal saleh, jauh lebih baik daripada menumpuk harta. Apa yang di sisi
Allah kekal abadi, sedangkan apa yang dimiliki manusia akan lenyap dan musnah,
sebagaimana firman-Nya:
Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (an-Nahl/16: 96) ayat 80 diakhiri satu penjelasan bahwa yang dapat menerima dan mengamalkan nasihat dari ayat di atas hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya. Mereka juga menerima baik apa yang telah diberikan Allah kepadanya serta membelanjakannya untuk kepentingan diri dan masyarakat.
Ayat 81. Pada ayat ini, Allah menerangkan akibat kesombongan dan keangkuhan Karun. Ia beserta rumah dan segala kemegahan dan kekayaannya dibenamkan ke dalam bumi. Tidak ada yang dapat menyelamatkannya dari azab Allah itu, baik perorangan maupun secara bersama-sama. Karun sendiri tidak dapat membela dirinya. Tidak sedikit orang yang sesat jalan, dan keliru paham tentang harta yang diberikan kepadanya. Mereka menyangka harta itu hanya untuk kemegahan dan kesenangan sehingga mereka tidak menyalurkan penggunaannya ke jalan yang diridai Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan azab-Nya kepada mereka.
Ayat
82. Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang semula
bercita-cita ingin mempunyai kedudukan dan posisi terhormat seperti yang pernah
dimiliki Karun, dengan seketika mengurungkan cita-citanya setelah menyaksikan
azab yang ditimpakan kepada Karun. Mereka menyadari bahwa harta benda yang
banyak dan kehidupan duniawi yang serba mewah, tidak mengantarkan mereka pada
keridaan Allah. Dia memberi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya, dan tidak
memberi kepada yang tidak dikehendaki. Allah meninggikan dan merendahkan orang
yang dikehendaki-Nya. Kesemuanya itu adalah berdasarkan kebijaksanaan Allah dan
ketetapan yang telah digariskan-Nya.
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas'ud bahwa Allah telah memberikan kepada manusia watak
masing-masing sebagaimana Dia telah membagi-bagikan rezeki di antara mereka.
Sesungguhnya Allah itu memberikan harta kepada orang yang disenangi, dan tidak
menganugerahkan iman kecuali kepada orang yang disenangi dan dikasihi-Nya.
Mereka
merasa memperoleh karunia dari Allah karena cita-cita mereka belum tercapai.
Andaikata sudah tercapai, tentu mereka dibenamkan juga ke dalam bumi
sebagaimana yang telah dialami Karun. Pengertian mereka bertambah mantap bahwa
tidak beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah, mendustakan
rasul-Nya, dan pahala yang dijanjikan di akhirat bagi orang yang taat
kepada-Nya. Mereka akan dimusnahkan oleh azab, firman Allah:
Dan sungguh,
telah datang kepada mereka seorang rasul dari (kalangan) mereka sendiri, tetapi
mereka mendustakannya, karena itu mereka ditimpa azab dan mereka adalah orang
yang zalim. (an-Nahl/16: 113)
Edited By : Ahmad Turmudzi Zhein
Nur suaibatul i
BalasHapusMinaqurrofiqoh
IX kag
Isti kamilatun Nisa, 11 kag
BalasHapus