Senin, 15 Februari 2021

QIRA’AAT ( Kemunculan Ilmu Qiraat )

QIRA’AAT

Kemunculan Ilmu Qiraat

Sebelum al-Qur`an diturunkan, bangsa Arab terdiri dari berbagai macam kabilah (suku). Namun secara garis besar mereka terdiri dari dua kelompok: Pertama, kelompok pedesaan atau Badui yang hidup berpindah-pindah, dan Kedua mereka yang berada di perkotaan atau aari. Kelompok kedua berada di jalur perdagangan yang ramai, sebelah barat semenanjung Arabia seperti Ḥijaziyah yang berada di Mekah dan Madinah. Dua kelompok ini mempunyai dialek yang berbeda, walaupun bahasa nasional mereka sama yaitu Bahasa Arab.

Ulama ilmu nawu berhasil meneliti beberapa perbedaan bahasa percakapan antara kedua kelompok. Diantaranya adalah kelompok pedesaan banyak menggunakan imalah sedang kelompok perkotaan jarang, tetapi suka menggunakan tanda baca fatah. Kelompok Pedesaan, sering menggunakan idgam (meringkas dua huruf menjadi satu) sedang Kelompok Perkotaan tidak. Kelompok pertama suka menggunakan taḥqiq (membaca hamzah dengan kekuatan penuh) sementara kelompok kedua melunakkannya, dan sebagainya.

Dalam kondisi seperti ini Nabi meminta keringanan dari Allah agar diberi keringanan cara

membaca al-Qur`an. Sehingga turunlah hadis “al-Aḥruf as-sab’ah”:

قال رسول الله صلعم: "ان هذا القران أنزل على سبعة أحرف فاقرؤوا ما تيسر مننه" (رواه البخارى ومسلم(

Artinya: “sesungguhnya al-Qur`an turun atas tujuh huruf, maka bacalah apa yang mudah

darinya.”( HR. Bukhori muslim )

حدثنا سعيد بن عفير قال حدثني الليث قال حدثني عقيل عن ابن شهاب قال حدثني عبيد الله بن عبد الله أن ابن عباس رضي الله عنهما حدثه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال  : ( أقرأني جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيده ويزيدني حتى انتهى إلى سبعة أحرف )

         Artinya : “... Dari Ibn Abbas, ia berkata, Rasulullah bersabda: Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus menerus minta dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf (HR. al-Bukhari dan Muslim)

وإن ربي أَرْسَلَ إِلَيَّ : أَنِ اقْرَإِ الْقُرْآنَ عَلَى حَرْفٍ ، فَرَدَدْتُ عَلَيْهِ : أَنْ هَوِّنْ عَلَى أُمَّتِي فَأَرْسَلَ إِلَيَّ أَنْ اقْرَأْ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ

Artinya : ”Sesungguhnya Rabbku mengutusku untuk membaca al-Qur’an dengan satu huruf. Maka aku memohon kepada-Nya agar memberikan keringanan kepada ummatku. Maka Dia mengutusku agar membacanya dengan tujuh huruf. (HR. Muslim)

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu 'anhu berkata: 

قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الله أمرني أن أقرأ القرآن على حرفٍ واحدٍ، فقلت: ربّ خففْ عن أمَّتي. قال: اقرأهُ على حرفين. فقلت: رب خفف عن أمتي. فأمرني أن أقرأه على سبعة أحرف من سَبْعة أبواب من الجنة، كلها شافٍ كافٍ

Artinya :”Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku:’Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membaca al-Qur’an dengan satu huruf (dialek), lalu aku (Nabi) berkata:’Wahai Rabbku berilah keringanan pada ummatku.’ Maka Dia memerintahkanku dan Dia berfirman:’Bacalah dengan dua huruf.’ Maka aku berkata:’Wahai Rabbku berilah keringanan pada ummatku.’ Lalu Dia memerintahkanku untuk membacanya dengan tujuh huruf dari tujuh pintu Surga, dan semuanya adalah obat penawar yang mencukupi.” (Tafsir ath-Thabari)

Pemaparan di atas menjelaskan adanya kemungkinan perbedaan dalam membaca ayat- ayat al-Qur`an.

 

Edited By : Ahmad Turmudi Zhein

3 komentar: